BAB I
PENGERTIAN QIRÂ`AT SAB‘AH
A. Pengertian Qirâ`at
Qirâ`at merupakan cabang ilmu tersendiri dalam ulumul Qur'an. Ilmu Qirâ`at tidak mempelajari halal-haram atau hukum-hukum tertentu. Menurut bahasa قراءات "Qirâ`ât" adalah bentuk jamak dari قراءة ”Qirâ`at” yang merupakan isim masdar dari قرأ ”Qara`a” artinya "Bacaan". Adapun menurut istilah, ilmu qira′at adalah sebagai berikut :
هُوَ عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ كَيْفِيَّةِ النُّطْقِ فِى الْكَلِمَاتِ الْقُرْاَنِيَّةِ وَطَرِيْقَةِ اَوَائِهَا اِتِّفَاقًا وَاخْتِلاَفًا مَعَ عِزٍّ وَكُلِّ وَجْهٍ لِنَاقِلِهِ.
“ Ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan kata-kata Al-Qur`an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati (ulama ahli Al-Qur`an ) maupun yang terjadi dengan menisabkan setiap wajah bacaannya kepada seorang iman qiro’at".
Menurut Abu Syamah al-Dimisyqi adalah ilmu qirâ`at sebuah disiplin ilmu yang mempelajari cara melafalkan kosa kata Al-Qur`an dan perbedaannya yang disandarkan pada perawi yang mentransmisikannya.
Dengan jelas dapat kita ketahui bahwa al-Dimisyqi menganggap ilmu qirâ`at sebagai sebuah disiplin ilmu yang berbicara tentang tata cara artikulasi dan ragam perbedaan lafal Al-Qur`an . Beliau juga menegaskan dalam definisinya bahwa sumber dari Rasulullah SAW.
Syekh Az-Zarqoni mengistilahkan qirâ`at dengan : “suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam dari pada imam qurro’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan Al-Qur`an al-Karîm dengan kesesuaian riwâyat dan tharîq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf atau pengucapan bentuknya. Di samping itu, Ibn Al-Jazari berpendapat bahwa Qirâ`at adalah pengetahuan tentang tatacara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur`an dan perbedaannya dengan membangsakannya kepada penukilnya.
Manna’ al-Qaththan berpendapat Qirâ`at adalah salah satu mazhab dari beberapa mazhab artikulasi (kosa kata) Al-Qur`an yang dipilih oleh salah seorang imam qirâ`at yang berbeda dengan mazhabnya.
Sedangkan Muhammad Ali Ash-Shabuni merumuskan definisi qirâ`at sebagai berikut : Qirâ`at adalah satu mazhab dari beberapa mazhab artikulasi (kosa kata) Al-Qur`an yang dipilih oleh salah seorang imam qirâ`at yang berbeda dengan mazhab lainnya serta berdasarkan pada sanad yang bersambung pada Rasulullah SAW.
Dari uraian di atas dapat diketahui aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi disiplin ilmu qirâ`at . Objek kajian (ontology) ilmu qairaat adalah Al-Qur`an dari segi perbedaan lafal dan cara artikulasinya. Metode mendapatkan (epistimologi) ilmu qirâ`at adalah melalui riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW. Sementara nilai guna (aksiologi) ilmu qirâ`at, sebenarnya secara implicit dapat diketahui dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, yakni untuk mempertahankan keaslian materi yang disampaikan. Hal ini bisa dipahami karena fungsi sistem riwayat tidak lain untuk mempertahankan orisinilitas informasi maupun data yang dituturkan secara berantai.
PENGERTIAN QIRÂ`AT SAB‘AH
A. Pengertian Qirâ`at
Qirâ`at merupakan cabang ilmu tersendiri dalam ulumul Qur'an. Ilmu Qirâ`at tidak mempelajari halal-haram atau hukum-hukum tertentu. Menurut bahasa قراءات "Qirâ`ât" adalah bentuk jamak dari قراءة ”Qirâ`at” yang merupakan isim masdar dari قرأ ”Qara`a” artinya "Bacaan". Adapun menurut istilah, ilmu qira′at adalah sebagai berikut :
هُوَ عِلْمٌ يُعْرَفُ بِهِ كَيْفِيَّةِ النُّطْقِ فِى الْكَلِمَاتِ الْقُرْاَنِيَّةِ وَطَرِيْقَةِ اَوَائِهَا اِتِّفَاقًا وَاخْتِلاَفًا مَعَ عِزٍّ وَكُلِّ وَجْهٍ لِنَاقِلِهِ.
“ Ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan kata-kata Al-Qur`an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati (ulama ahli Al-Qur`an ) maupun yang terjadi dengan menisabkan setiap wajah bacaannya kepada seorang iman qiro’at".
Menurut Abu Syamah al-Dimisyqi adalah ilmu qirâ`at sebuah disiplin ilmu yang mempelajari cara melafalkan kosa kata Al-Qur`an dan perbedaannya yang disandarkan pada perawi yang mentransmisikannya.
Dengan jelas dapat kita ketahui bahwa al-Dimisyqi menganggap ilmu qirâ`at sebagai sebuah disiplin ilmu yang berbicara tentang tata cara artikulasi dan ragam perbedaan lafal Al-Qur`an . Beliau juga menegaskan dalam definisinya bahwa sumber dari Rasulullah SAW.
Syekh Az-Zarqoni mengistilahkan qirâ`at dengan : “suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam dari pada imam qurro’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan Al-Qur`an al-Karîm dengan kesesuaian riwâyat dan tharîq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf atau pengucapan bentuknya. Di samping itu, Ibn Al-Jazari berpendapat bahwa Qirâ`at adalah pengetahuan tentang tatacara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur`an dan perbedaannya dengan membangsakannya kepada penukilnya.
Manna’ al-Qaththan berpendapat Qirâ`at adalah salah satu mazhab dari beberapa mazhab artikulasi (kosa kata) Al-Qur`an yang dipilih oleh salah seorang imam qirâ`at yang berbeda dengan mazhabnya.
Sedangkan Muhammad Ali Ash-Shabuni merumuskan definisi qirâ`at sebagai berikut : Qirâ`at adalah satu mazhab dari beberapa mazhab artikulasi (kosa kata) Al-Qur`an yang dipilih oleh salah seorang imam qirâ`at yang berbeda dengan mazhab lainnya serta berdasarkan pada sanad yang bersambung pada Rasulullah SAW.
Dari uraian di atas dapat diketahui aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi disiplin ilmu qirâ`at . Objek kajian (ontology) ilmu qairaat adalah Al-Qur`an dari segi perbedaan lafal dan cara artikulasinya. Metode mendapatkan (epistimologi) ilmu qirâ`at adalah melalui riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW. Sementara nilai guna (aksiologi) ilmu qirâ`at, sebenarnya secara implicit dapat diketahui dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, yakni untuk mempertahankan keaslian materi yang disampaikan. Hal ini bisa dipahami karena fungsi sistem riwayat tidak lain untuk mempertahankan orisinilitas informasi maupun data yang dituturkan secara berantai.
Sumber : http://hasyim-oink.blogspot.com/2009/07/qiraat-sabah.html
0 comments:
Post a Comment