Tuesday, April 20, 2010

SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR’AN

SEJARAH PENULISAN DAN PEMBUKUAN AL-QUR’AN

A.Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi dan Khulafa’ Rosyidin
1.Penulisan pada masa Nabi
Rasulullah menerima ayat-ayat Al-Qur’an tidak dalam jumlah yang tetap. Adakalanya satu ayat, beberapa ayat dan adakalanya satu surat. Setiap ada ayat atau surat  yang diturunkan Allah, Rasul langsung menghafalnya. Kemudian beliau mengajarkan pada para sahabatnya, dan menyuruh mereka menghafal ayat-ayat tersebut.
Di samping Nabi menekankan pentingnya penghafalan oleh para sahabat, beliau pun menyuruh beberapa orang sahabatnya yang pandai menulis dan membaca untuk menuliskan ayat atau surat Al-Qur’an itu. Para penulis wahyu Al-Qur’an yang termasyhur antara lain:
1.Zaid bin Tsabit
2.Ubay bin Ka’ab
3.Muadz bin Jabal
4.Muawiyah bin Abi Sufyan dan Khulafa’ Rosyidin.
Mengenai teknik penulisan Al-Qur’an pada masa Rasul diterangkan bahwa setiap kali Rasul menerima wahyu, seketika itu diusahakan penulisannya oleh para sahabat, sebagaimana diterangkan oleh Utsman sebagai berikut:
قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُنْزَلُ عَلَيْهِ السُّوَرُ ذَوَاتُ الْعَدَدِ فَكَانَ إِذَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ شَيْءٌ دَعَا بَعْضُ مَنْ يَكْتُبُ فَيَقُوْلُ "ضَعُوْا هَذِهَ الآيَاتِ فِي السُّوَرِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيْهَا كَذَا وَكَذَا.
Artinya:
“Utsman berkata bahwa kepada Rasulullah diturunkan surat-surat yang masing-masing mempunyai sejumlah ayat. Apabila ada ayat diturunkan kepada beliau, beliau memanggil di antara para penulis wahyu dan memerintahkan “letakkan ayat-ayat ini dalam surat yang di sana disebutkan ini dan ini”.
Keterangan Utsman tersebut bukan hanya menerangkan perbuatan Rasulullah pada waktu-waktu tertentu, menerangkan pula yang selalu beliau lakukan setiap ada ayat Al-Qur’an diturunkan kepada beliau.
Para sahabat waktu itu menulis Al-Qur’an pada kepingan-kepingan batu, pelepah kurma, kulit binatang dan tulang. Tulisan-tulisan wahyu Al-Qur’an yang terdapat dalam benda-benda sederhana itu disimpan di rumah Rasulullah.
Untuk menghidari tercmpurnya Al-Qur’an dengan Hadits, Nabi dengan tegas melarang sahabat menuliskan selain Al-Qur’an. Beliau bersabda:
لاَ يَكْتُبُوْا عَنِّيْ شَيْئًا إِلاَّ الْقُرْآنَ. وَمَنْ كَتَبَ شَيْئًا غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْعُهُ (رواه مسلم)
Artinya:
“Janganlah kalian menulis sesuatu yang berasal dariku kecuali Al-Qur’an. Barangsiapa menulis dariku selain Al-Qur’an hendaklah ia menghapusnya”.
Di antara faktor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi adalah:
1.Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabat.
2.Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna. Bertolak dari hafalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka lupa atau sebagian dari mereka ada yang sudah wafat. Adapun tulisan tetap terpelihara walaupun tidak ditulis pada satu tempat.
1.Penulisan Al-Qur’an pada masa Khulafa’ Rosyidin
a.Masa Abu Bakar As-Siddiq
Pada dasarnya seluruh Al-Qur'an sudah ditulis pada masa Nabi, hanya saja surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. orang yang pertama kali menyusunya dalam sat mushaf adalah Abu Bakar As-Siddiq. Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur'an itu terjadi setelah perang yamamah yang terjadi pada tahun 12 H. Pertempuran yang bertujuan menumpas para pemurtad yang juga para pengikut Musailamah Al-Kadzzab itu menyebabkan 70 orang sahabat yang hafar Al-Qur'an gugur sebagai  syuhada. Khawatir akan  semakin hilangnya para penghafal Al-Qur'an sehingga kelestarian Al-Qur'an ikut terancam. Umar bin Khattab menemui Abu Bakar dan mengemukakan pendangannya agar segera menginstruksikan pengumpulan Al-Qur'an dari berbagai sumber. baik yang tersimpan dalam hafalan maupn tulisan.
Sahabat yang dipercaya dalam pengumpulan Al-Qur'an adalah Zaid bin Tsabit, dengan alasan Zaid adalah seorang juru tulis Nabi di samping itu ia juga hafal Al-Qur'an.
Dalam melaksanakan tugasnya Zaid menetapkan kriteria yang amat ketat untuk setiap ayat yang dikumpulkannya. ia tidak menerima ayat yang hanya berdasarkan hafalan tanpa didukung tulisan. Dalam penulisan Al-Qur'an. Zaid dibantu oleh beberapa sahabat yang semuanya hafal Al-Qur'an, yaitu Ubai bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan di bawah pengawasan Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya.
Tugas pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an oleh Zaid dapat terselesaikan dalam waktu kurang lebih satu tahun. yakni setelah pertempuran yamamah sampai dengan sebelum wafatnya Abu Bakar yaitu pada tahun ke 13 H.
Setelah Abu Bakar wafat, Naskah Al-Qur'an disimpan oleh umar bin Khattab (khalifah kedua) demi pengamanan. pemelilharaan Al-Qur'an pada masa Khalifah Umar tidak ada perkembangan baru.
Setelah Umar wafat, Al-Qur'an tidak disimpan oleh Utsman selaku Khalifah ketiga tetapi disimpan olhe hafsah atas pesan Umar dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.Hafsah adalah istri Rasululllah dan putri Khalifah Umar.
2.Hafsah dikenal sebagai seorang yang cerdas dan pandai baca tulis serta sudah menghafal Al-Qur'an secara keseluruhannya.
b.Masa Khaligah Utsman bin Affan
Setelah Umar wafat timbullah suatu bencana yang membangkitkan Utsman untuk mengadakan perbaikan penulisan Al-Qur'an. Dalam pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perbedaan bacaan muncul dikalangan tentara-tentara muslim yang sebagainya direkrut dari syiria dan sebagaian lagi dari Irak perbedaan tersebut menyebabkan Umat Islam saling menyalahkan sehingga terjdi perselisihan antara mereka. Perselisihan ini cukup serius sehingga menyebabkan pimpinan tentara muslim Hudzaifah Al-yamani melaporkannya kepada khalifah Utsman.
Setelah mendengar laporan tersebut Utsman membentuk panitia yang terdiri dari 4 orang yaitu Zaid bin Tsabit, Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, Abdullah bin Zubair dan Said bin Ash, untuk ditugaskan menyalin shusuf Al-Qur'an yang disimpan oleh Hafsah.
Pedoman yang diberikan olhe panitia tersebut dalam penyalinan Al-Qur'an ialah apabila terjadi perbedaan Qiraat antara Zaid bin Tsabit dengan ketiga anggota lainnya, hendaklah ditulis menurut Qira’at Quraisy, karena Al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa arab Quraisy. panitia Zaid dapat menyelesaikan tugas tersebut pada tahun 25 Hijriayah.
Panitia Zaid menyalin mushaf Hafsah ke dalam beberapa mushaf untuk dikirim ke beberapa daerah Islam. Menurut jumhur Ulama’, mushaf diperbanyak 5 buah, empat buah dikirim ke Makkah, Siria, Basrah dan Kuffah agar disalin di tempat-tempat tersebut. Mushaf yang satu lagi disimpan oleh Utsman dan inilah yang disebut dengan Mushaf Al-Imam.
Setelah penyalinan Al-Qur'an selesai, Khalifah Utsman menginstruksikan agar semua bentuk mushaf Al-Qur'an yang berbeda dengan mushaf Utsmani yang dikirimkan itu, supaya dimusnahkan atau di bakar sehingga seluruh teks seluruh salinan Al-Qur'an yang akan dibuat pada masa-masa selanjutnya harus didasarkan pada naskah-naskah standar tersebut.
Tujuan penulisan Al-Qur'an pada masa Khalifah Utsman :
1.Mempersatukan dan menyeragamkan tulisan dan ejaan Al-Qur'an bagi seluruh umat islam berdasarkan cara pembacaan yang diajarkan oleh Rasulullah dengan jalan mutawatir.
2.Supaya umat islam berpegang pada mushaf yang disusun dengan sempurna atas dasar tuntunan Rasulullah.
3.Mempersatukan urutan susunan surat-surat Al-Qur'an sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah yang diterima secara mutawattir.
Perbedaan penulisan Al-Qur'an pada masa Abu Bakar dan pada masa Utsman :
a.Pada masa Abu Bakar
1.Motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya Al-Qur'an dengan syahidnya beberapa penghafal Al-Qur'an pada perang yamamah.
2.Abu Bakar melakukannya dengan mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur'an yang terpencar-pencar pada pelepa kurma, kulit, tulang, lempengan batu dan sebagainya.
c.Pada masa Utsman bin Affan
1.Motivasi penulisannya karena terjadi banyak perselisihan di antara umat islam di dalam cara membaca Al-Qur'an
2.utsman melakukannya dengan cara memperbanyak salinan mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Abu Bakra untuk dikirimkan ke berbagai wilayah islam.

B.Rasm Al-Qur'an
Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur'an atau Rasm Utsmani adalah bentuk tulisan Al-Qur'an yang ditetapkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Istilah Rasm Utsman lahir bersamaan dengan lahirnya Mushaf Utsmn yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang terdiri atas Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-Harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu, para Ulama’ meringkas kaidah itu menjadi 6 istilah yaitu :
1. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf)
contohnya : menghilangkan huruf alif pada : ya’ nida’ يأيها الناس
ta’ tarbih seperti  هأنتم lafald jalalah  الله
kata “na” jika beriringan dengan dlomir  انجينكم
2. Az-Ziyadah (penambahan ) seperti penambahan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ ( بنوا اسؤرائيل ) dan menambah alif setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas tulisan wawu)
contoh : تالله تفتؤا
3. Al-Hamzah
Salah satu kaidahnya adalah apabila hamzah berharokat sukun, ditulis dengan huruf berharokat yang sebelumnya contoh ( ائذن ) dan ( اؤتمن )
4. Badal (penggantian) seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة ، الزكوة ، الحيوة 
huruf “alif” ditulis dengan “ya” pada kata على ، مق ، بلى ، حتى ، إلى  

5. Washal dan fashal (penyambungan dan pemisah).
Seperti kata من   yang bersambungan dengan ما penulisannya disambung dengan huruf "ن" pada "م"  nya tidak ditulis menjadi مِمَّا
6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi
suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi penulisannya disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam mushaf Utsmani penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif. Contoh : ملك يومالدين
Selain ditulis dengan menggunakan kaidah-kaidah tersebut. Al-Qur'an yang ditiulis pada masa itu ditulis tanpa harokat (tanda baca) dan tanpa titik huruf. bagi para sahabat dan umat islm waktu itu tidak ada kesulitan untuk melisankan Al-Qur'an, kaena mereka disamping umumnya hafal, juga kaena Al-Qur'an dikumpulkan  dan ditulis dalam bahasa mereka. tetapi setelah daereah kekuasaan islam semakin meluas dan banyak bangsa non arabmemeluk islam, maka timbullah kesulitan membaca Al-Qur'an yang tanpa titik huruf dan tanpa tanda baca. Oleh karena itu timbullah usaha memberi tanda baca. Secara garis besar usaha tersebut adalah :
1. Abu Aswad Ad-Duali, salah seorang tabi’in pada masa Mu’awiyah mengambil inisiatif untuk memberi tanda titik dalam aq dengan tinta yang berbeda dengan tulisan Al-Qur'an. titik yang diletakkan di atas huruf menandakan baris fathah (bunyi a), titk di bawah menandakan kasroh (bunyi i) titik di sebelah kiri menandakan baris dlomah (bunyi u) dan titik dua menandakan tanwin (bunyi nun mati), tanda yang yang diberikan baru pada huruf terakhir dari setiap kata sehingga kesulitan membaca bagi bangsa non Arab tetap belum dapat dipebahkan
2. Usaha perbaikan tulisan Al-Qur'an selanjutnya dilakukan oleh Nash bin Asm dan Yahya bin Ya’mar pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M) dari dinasti Umaiyah, dengan menambah titik pada huruf-huruf Al. Titik tersebut dimaksudkan untuk membedakan huruf ba’, ta’ tsa dan ya.
3. karena terlalu banyak titik sehingga hampir-hampir tidak dapat dibedakan mana titik garis dan mana titik huruf. Kemudian Khalil bin Ahmad bn Amr mengubah sistem baris yang dibuat oleh Abu Aswad Ad Duwali, yaitu mengganti titik dengan huruf alif kecil di atas sebagai tanda fathah, huruf ya kecil sebagai tanda kasroh dan huruf wawu kecil sebagai tanda dlomah, menggunakan kepala sin untuk tanda syiddah kepala ha’ untuk sukun. Khalil juga menambahkan tanda mad, yaitu tanda bahwa huruf itu harus dibaca panjang. dan pendek sehingga menjadi bentuk yang ada sekarang.

Daftar Pustaka
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 1985. At-Tibyan fi Ulumil Qur’an. Beirut Alimulkutub.
Al-Ibyariy, Ibrahim. 1993. Pengenalan Sejarah Al-Qur'an. Jakarta. Raja Grafindo persada
Az-Zanjani, Abu Abdullah. 1986. Tarikh Al-Qur'an. Bandung. Mizan. Anwar, Roschon. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung Pustaka setia.

0 comments:

Post a Comment