Thursday, June 3, 2010

Mengenal Al-Fuqaha’ As-Sab’ah (4), Sulaiman bin Yasar

Sulaiman bin Yasar

Seorang ‘Alim Yang Rendah Hati

Bangga diri terhadap ilmu yang ada pada dirinya, kemudian merendahkan yang lainnya merupakan akhlak orang-orang yang bodoh, walaupun pada hakikatnya dirinya memiliki ilmu yang luas.
Kunyah dan Nama Lengkap Beliau
Beliau adalah Abu Ayyub Sulaiman bin Yasar Al-Hilali Al-Madani. Tentang kunyah beliau ini masih diperselisihkan oleh para ulama, ada yang mengatakan bahwa kunyah beliau adalah Abu ‘Abdirrahman, dan ada yang mengatakan bahwa kunyah beliau adalah Abu ‘Abdillah. Namun yang lebih mendekati kebenaran bahwa kunyah beliau adalah Abu Ayyub. Wallahu a’lam.
Beliau dilahirkan pada akhir-akhir masa Al-Khalifah Ar-Rasyid ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Seorang ‘alim yang berada pada thabaqah ketiga ini adalah imam dan mufti, salah seorang dari tujuh tokoh fuqaha’ kota Madinah. Beliau adalah seorang maula (bekas budak) dari Ummul Mu’minin Maimunah Al-Hilaliyyah radhiyallahu ‘anha, dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau adalah sekretaris Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.
Beliau memiliki beberapa saudara kandung yaitu ‘Atha’ bin Yasar, ‘Abdul Malik bin Yasar, dan ‘Abdullah bin Yasar. ‘Atha’ bin Yasar adalah juga seorang ‘alim yang cukup disegani di kota Madinah.
Keilmuan, Ibadah, dan Akhlak Beliau
Beliau meriwayatkan hadits dari Zaid bin Tsabit, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Abu Hurairah, Hassan bin Tsabit, Jabir bin ‘Abdillah, Rafi’ bin Khudaij, ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Aisyah, Ummu Salamah, Maimunah, Abu Rafi’ -maula Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-, Hamzah bin ‘Amr Al-Aslami, Al-Miqdad bin Al-Aswad, ‘Urwah bin Az-Zubair, Kuraib, ‘Irak bin Malik, ‘Amrah Al-Anshariyah, Muslim bin As-Saib, dan yang lainnya.
Adapun yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah saudara kandung beliau yaitu ‘Atha’ bin Yasar, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Bukair bin Al-Asyaj, ‘Amr bin Dinar, ‘Amr bin Maimun bin Mihran, Salim Abu An-Nadhr, Rabi’ah Ar-Ray, Ya’la bin Hakim, Ya’qub bin ‘Utbah, Abu Az-Zinad, Shalih bin Kaisan, Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atha’, Muhammad bin Yusuf Al-Kindi, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Yunus bin Yusuf, ‘Abdullah bin Al-Fadhl Al-Hasyimi, ‘Amr bin Syu’aib, Muhammad bin Abi Harmalah, ‘Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, Khutsaim bin ‘Irak, dan yang lainnya.
Beliau dan saudara kandungnya yaitu ‘Atha’ bin Yasar adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah. Abu Hazim berkata: “Tidaklah aku melihat seorang laki-laki yang senantiasa berada di Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selain dari ‘Atha bin Yasar.”
Beliau dan saudara kandungnya ini juga dikenal sebagai orang yang sangat rajin melaksanakan ibadah puasa.
Keluasan ilmunya menjadikan sebagian ulama lebih mengutamakan beliau dari sisi keilmuan dibanding Sa’id bin Al-Musayyib. Namun beliau adalah seorang yang sangat tawadhu’. Beliau pernah mengatakan tentang keutamaan Sa’id bin Al-Musayyib: “Sa’id bin Al-Musayyib adalah seorang manusia pilihan.”
Diceritakan oleh ‘Abdullah bin Yazid Al-Hudzali bahwa suatu ketika datang seseorang kepada Sa’id bin Al-Musayyib untuk menanyakan tentang sesuatu, maka kata Sa’id bin Al-Musayyib: “Pergilah engkau kepada Sulaiman bin Yasar, karena sesungguhnya dia adalah orang yang paling ‘alim dari manusia pilihan pada masa ini.”
Al-Imam Malik berkata: “Sulaiman bin Yasar adalah ulama umat setelah Sa’id bin Al-Musayyib, dan beliau sering menyepakati Sa’id dalam permasalahan agama. Dan Sa’id sendiri tidak berani mendahuluinya.”
Begitulah akhlak orang-orang yang berilmu, mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati), saling mengutamakan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tidak membanggakan dirinya kemudian merendahkan yang lain walaupun pada hakikatnya dirinya memiliki kelebihan dibanding yang lainnya.
Adapun membanggakan apa yang ada pada dirinya kemudian merendahkan yang lainnya merupakan akhlak orang-orang yang bodoh walaupun pada hakikatnya dirinya memiliki ilmu yang luas.
Beliau dikaruniai oleh Allah subhanahu wata’ala wajah yang sangat tampan. Bahkan dikatakan sebagai manusia yang paling tampan pada zamannya. Dihikayatkan dalam sebuah kisah bahwasanya pernah ada seorang wanita yang sangat cantik masuk kepada beliau. Kemudian si wanita tersebut menginginkan sesuatu kepada beliau untuk dirinya -sebagaimana dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam-, namun beliau menolaknya dan segera lari keluar dari si wanita tersebut. Maka pada malam harinya beliau bermimpi bertemu dengan Nabi Yusuf. Maka berkatalah beliau: “Anda Nabi Yusuf?” Nabi Yusuf menjawab: “Ya, saya adalah Yusuf yang sempat terbetik keinginan terhadap wanita itu (yakni istri Al-’Aziz), dan adapun engkau adalah Sulaiman yang tidak terbetik keinginan terhadap wanita tersebut.”
Namun hikayat ini masih dipertanyakan tentang kebenarannya karena sanadnya terputus.
Pujian Para Ulama Kepada Beliau
Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: “Beliau adalah seorang ‘alim.”
Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Hanafiyyah berkata: “Sulaiman bin Yasar menurut kami adalah orang yang lebih pandai dibanding Sa’id bin Al-Musayyib.”
Ibnu Sa’d berkata: “Beliau adalah seorang yang terpercaya, ‘alim, tinggi kedudukannya, faqih, dan banyak haditsnya.”
Qatadah bin Di’amah berkata: “Aku sampai di kota Madinah, maka aku bertanya kepada penduduknya tentang orang yang paling ‘alim tentang masalah thalaq di kota tersebut, maka mereka menjawab: Sulaiman bin Yasar.”
Abu Zur’ah berkata: “Beliau adalah seorang yang terpercaya, amanah, memiliki keutamaan dan seorang ahli ibadah.”
Yahya bin Ma’in berkata: “Sulaiman adalah seorang yang terpercaya.”
An-Nasa’i berkata: “Beliau termasuk salah satu dari imam kaum muslimin.”
Ibnu Hibban berkata: “Beliau adalah termasuk Fuqaha’ kota Madinah dan Qurra’ (Ahli Qira’ah) nya kota itu.”
Wafat Beliau
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan tahun wafat beliau. Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun 107 Hijriyyah pada usia 73 tahun,
Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Harun bin Muhammad berkata: Aku mendengar sebagian kawanku berkata: Tahun wafat Sulaiman bin Yasar, Sa’id bin Al-Musayyib, ‘Ali bin Al-Husain, Abu Bakr bin ‘Abdirrahman pada tahun 94 Hijriyyah, disebut tahun Fuqaha’.
Semoga Allah ta’ala merahmati beliau …


Rujukan:
1. Al-Bidayah Wan Nihayah
2. Siyar A’lamin Nubala’
3. Tahdzibut Tahdzib
Dirangkum oleh Muhammad Rifqi dan Abu Abdillah.
Sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=435

0 comments:

Post a Comment